Cerbung : Ada Cinta di Banyuwangi (part IV)
Bali mengantarkan cowok
itu sampai di kota Banyuwangi yang berjarak 17km dari guest house . Walau
sedikit menahan ngeri karena Bali nggak yakin cowok ini punya SIM A. dan selalu
berdoa kalau nyawanya akan baik-baik saja. Sesekali Bali bercerita tentang kota
tempat kelahirannya ini, tentang bagaimana nama Banyuwangi muncul. Banyu yang
berarti air dan wangi yang berarti harum.
Cris sempat bertanya,
kenapa namanya Banyuwangi?. Bali bercerita tentang seorang wanita bernama Sritanjung
dan laki-laki bernama Sidopekso. Mereka adalah pasangan suami istri, namun
mereka tinggal bersama ibu Sidopekso. Ibu Sidopekso membenci Sritanjung
sehingga memfitnah Sritanjung selingkuh. Sritanjung bunuh diri dengan
menceburkan diri ke sungai, sebelum meninggal dia mengatakan kalau air sungai
harum berarti dia benar namun jika ternyata dia bersalah dan sesuai dengan apa
yang dituduhkan ibu mertuanya, air itu berubah keruh dan bau busuk. Dan teryata
air sungai berubah wangi sepererti bunga.
“emang masih ada air
wanginya?”. Tanya Cris sambil menyetir. Bali mengagguk.
“masih ada, tapi aku
nggak yakin tepatnya dimana”. Bali menggaruk tengkuknya bingung. Cris mendesis,
Bali yakin cowok ini sedang mengejek dirinya.
“kenapa sepanjang jalan
gue kayak lihat gambar penari-penari aneh?”. Cris mencermati baleho-baleho yang
memasang gambar-gambar penari-penari yang berbeda-beda.
“oooh, itu banner
B-fest. Banyuwangi festival kemaren”. Ujar Bali. Bali menjelaskan kalau bulan
Desember tepatnya di tanggal 18 adalah hari jadi kota ini. Makanya di bulan
Desember selalu di selenggarakan banyak festival budaya, seperti Paju Gandrung
(penari laki-laki dan perempuan), Kuwung, Seblang, dsb. Cris tampak tertarik
dengan cerita-cerita Bali sampai tanpa sadar mereka sudah akrab satu sama lain.
tidak ada kecanggungan seperti pertama kali mereka se-mobil. cris selalu
melempar pertanyaan dan Bali menjelaskan dengan penuh expressi yang membuat
cerita-ceritanya menjadi menarik tentang kota ini. Belum satu hari cris merasa akrab
dengan kota ini.
“dan kenapa nama lo Bali?”.
Tanya Cris akhirnya, Bali melongo. Bingung kenapa pertanyaan itu bisa muncul
dari mulut cowok itu. Dasar kepo!
“ katanya
ayah sih karena dia suka nama itu”. jelasnya tidak yakin.
“lo penghianat kota lo
sendiri”. Cecar cowok itu dan membuat Bali memutar bola matanya.
“ dan lo kenapa nama lo
cristopher?, aku pikir kamu bule”. Balas Bali. cris bergumam tidak jelas
sebelum akhirnya dia menjawab.
“mungkin karena ibu gue
suka nama itu”. kilahnya.
“dan lo penghianat
bangsa lo sendiri”. Ejek Bali, cris mendengus geli.
“dimana
supermarketnya??”. Tanya cris mengalihkan topik. Bali menunjuk supermarket yang
bertuliskan ‘ROXY’ besar-besar.
“tuh”. Tunjuk Bali yang
nyaris menutupi hidung cris. Cris berdehem. Bali menarik kembali tangannya.
Cris memutar setir untuk berbelok.
“disini nggak ada mall
ya? kecil banget”. cibirnya. Bali lagi-lagi harus mendengus kesal mendengar
cibiran anak ini. sabar Bali… sabar…
“nggak ada”. sahutnya.
Cowok itu mendengus mengejek, Bali hanya bisa meliriknya dengan tatapan listrik
, berharap mulut cowok itu tersambar kilatan dari matanya.
Baguslah supermarket
tidak terlalu ramai karena masih pagi. Bali malas antri soalnya. Bali hanya
mengikuti Cris yang tampak berputar-putar di area minuman dan camilan. Setelah selesai,
ke Kasir lalu membayarnya. Bali pikir setelah belanja mereka akan pulang,
ternyata tidak. Cris bilang dia mau lihat pantai. Bali memutar bola matanya
lalu mengajaknya ke pantai ‘BOOM’ yang hanya berjarak sepuluh menit dari ROXY.
Bali bisa melihat kilatan
bahagia saat cris menatap laut. Seolah dia ingin berlari kesana dan menceburkan
diri seandainya Bali tidak berdiri disampingnya. Bali berani bertaruh, selama hidup di Jakarta dia tidak pernah melihat pantai, lihat aja caranya menatap laut, norak banget.
“suka ya?”. Tanya Bali
sedikit menyindir. Tampang norak cowok ini saat melihat laut benar-benar
membuat Bali geli. Cris tersenyum miring, sok cool.
“kalau pagi, kita bisa lihat Sunrise dari sini. Makanya
kota ini di sebut Sunrise of Java”. Bali membentangkan tangannya dengan bangga
kearah laut. Mereka berdiri di tepi paling ujung. Makanya mereka bisa melihat
laut lebih luas dan pulau Bali di seberang sana.
Cris tidak menyahut,
dia berlari ke mobil. Bali mengedikan bahu tidak mengerti. Beberapa detik
kemudian Cris kembali dengan membawa kamera mirrorless miliknya, lalu memotret
pemandangan yang terbentang di hadapannya.
Cris terlihat kagum dengan laut. Sedangkan Bali
menikmati angin yang lembut sedang menerpa wajahnya dengan mata terpejam. Cris
melirik Bali yang tampak menikmati angin membelai rambut panjangnya. Iseng, cris memotretnya. Click.
Cris tersenyum tipis yang tidak diketahui oleh siapapun disana, termasuk Bali. (bersambung)
Comments
Post a Comment