CERBUNG : Ada Cinta di Banyuwangi (part II)
Dia mengutuk untuk apapun
itu yang menyandungnya barusan. Bali segera berbalik, mencari tau apa yang
membuatnya tersandung tadi.
Bali melihat sepasang kaki yang memalang di tengah
koridor. Kaki. Hah? Ada kaki. Jangan-jangan kaki hantu. Hiiii…Bali mulai
merinding ngeri.
“ jalan hati-hati dong!
lo ngga punya mata?”. Suara serak dan
lelah itu muncul dari sosok yang baru saja terbangun. Dia mengucek-ucek matanya
dan mengintip Bali yang terjatuh dari atas jok tempat duduknya. Bali meringis bersalah.
“ kamu manusia?”. Tanya
Bali. Bulu kuduknya sudah merinding hebat. Jangan-jangan setelah ini, hantu ini
akan menghisap darahnya. Pikiran Bali melayang pada film twilight. Sepertinya, Bali
terlalu banyak nonton film horor.
“ bukan!, genderuwo”.
Sahut cowok itu kesal seraya mengucek matanya.
Anak laki-laki itu
memperhatikan sekelilingnya yang sepi dan gelap. seperti baru tersadar akan
sesuatu. cepat-cepat dia bangkit dari kursinya kemudian mengambil tas di rak
atas kursi, kemudian mencantolkannya di bahu. Dia melihat Bali sebentar yang
masih tertegun ngeri kearahnya, seperti orang yang melihat hantu saja. cowok
itu mendengus geli lalu melirik Bali serius.
“genderuwo, mana ada yang pake
tas?”. Tukasnya, kemudian berjalan kearah pintu keluar. Membuat Bali tersadar
akan kebodohannya barusan. Memalukan. Rintihnya dalam hati. Kelemahan Bali, dia
terlalu mudah percaya omongan orang.
“oh iya”. Bali
garuk-garuk kepala.
Bali memperhatikan
cowok yang bergerak keluar itu, tanpa menoleh padanya apalagi membantunya
berdiri.
“ ada apa dek?”. Tanya mas Angga yang entah sejak
kapan sudah berdiri di belakangnya, Bali sampai tidak sadar mas Angga sudah ada
di sampingnya. Apa yang sedang dia pikirkan barusan?
“ nggak apa-apa mas,
Cuma karena gelap aku kesandung”. Bali nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang
tidak gatal. Mas Angga membantunya berdiri. Lutut Bali masih terasa ngilu, tapi
dia tidak berani mengeluh. Seorang pemandu wisata masa ngeluh sih?.
“ iya tadi mas lupa
ngasih kamu senter, udah ketemu tamunya?”. Tanya mas Angga. Bali menggeleng.
“ ummm,sepertinya belum,
mungkin dia nggak datang”. Sahutnya ragu.
“ ya udah kamu cari
sampai gerbong lima dulu, mungkin saja masih orang di sana kayak anak barusan”.
Timpal mas Angga. Bali mengangguk setuju sekaligus senang Angga
memperhatikannya, sampai diantarkan senter segala.
“ iya,baiklah, makasih
senternya mas”. Bali mengacungkan senter yang diberikan Angga.
“ hmm”. Angga
mengangguk. Kemudian, Bali memulai pencariannya lagi ke setiap gerbong. Oh
Tuhan, dia dimana sih?
Tidak ada. tidak ada.
Tidak ada.
Sampai di gerbong
terakhir Bali tidak menemukan ada bule ketiduran di dalam kereta, bahkan tidak
ada orang satupun. Dia sudah menyusuri koridor kereta dua kali tapi tidak ada
orang satupun. Bagaimana ini? dia harus bilang apa pada bosnya???apa
jangan-jangan dia berhenti di stasiun KARANG ASEM? Dua stasiun sebelum Stasiun Banyuwangi Baru. “ gawat,..”.
Bali langsung mencari
ponselnya untuk menghubungi bosnya. Dengan panik Bali mencari nomer kontak
bosnya. Dan ketika ketemu Bali langsung memencet 'Dial'. Beberapa kali tidak ada jawaban
sampai Bali mendengar ada suara sapaan di seberang sana.
“ya hallo bos,…”. Bali mulai mengatakan apa yang mau dia sampaikan,
bahwa kemungkinan tamunya tidak datang atau turun di stasiun lain. Bali
menceritakan bagaimana perjuangan dia mencari tamunya setelah kereta berhenti.
Dan ternyata, tamunya
sudah menelpon bosnya dan bilang penjemputnya nggak tepat waktu, membuat dia
menunggu lama di stasiun.
Bali hanya bisa
menganga mendengar cecaran bosnya itu. tapi, saat Bali berkata, tidak ada bule
di stasiun ini, sebelum bos-nya sempat menjawab, kertas di tangan Bali sudat
direbut paksa oleh seseorang.
Spontan, Bali berteriak.
“ Hey!”. Pekiknya sebal,
dia melotot kearah anak laki-laki yang sedang membaca tulisan itu dengan dahi
berkerut. Lalu mendengus.
“ lo dari Ijen Guest House?”.
Tanya cowok itu santai sebelum Bali sempat mencacinya, karena mengambil barang
orang tanpa ijin. Bali melongo, memperhatikannya sebentar. Tunggu!. bertopi,
kemeja kotak-kotak, jeans dan boots. Bali nyaris memekik, ini kan cowok yang
ketiduran tadi. Bali mendekap mulutnya sendiri tak percaya.
“ kok kamu tau, emang
ada tulisannya di situ?”. Tanya Bali polos, menarik kembali kertas miliknya,
seingatnya dia hanya menuliskan nama tamunya. Bali membolak-blikkan kertasnya
yang-benar hanya tertera nama Cristopher. Cowok itu memutar bola matanya gemas.
“ itu nama gue”. Cowok
itu menunjuk namanya di papan kertas dengan sinis. Bali menatap cowok itu ragu.
“cris-toph-er”.
“ nama kamu bule, kok kamu nggak bule?”. Tanya Bali lagi dengan wajah bego. Mata cowok itu memicing.
“ masalah buat lo?”.
cowok itu menghela nafas kesal.
“ aku Bali”. kata Bali
akhirnya, kalau benar dia tamunya dia harus mengenalkan diri kan? seenggaknya
ini sikap dasar sopan santun pada orang asing.
“ lo nggak kelihatan
kayak orang Bali”. komentar cowok itu mengejek.
Bali menatap lurus cowok itu dan terkesan
horor.
masalah
buat lo?. sahut Bali tentu hanya dalam hati, coba aja kalau
bukan tamunya udah dia sambit, tingkahnya songong maksimal.
“ ehm, saya…”. Bali
menunjuk dirinya dengan baik-baik, detik berikutnya dia mendelik sadis ketika
cowok itu dengan cepat mengalihkan pandangannya darinya. Nggak sopan banget sih
ada orang mau ngomong juga.
“ dimana mobilnya??”. tanya
cowok itu malas, sudah tidak berminat mendengar penjelasan Bali mengenai
namanya.
“ di parkiran”. Sahutnya
berusaha dibuat kalem, lalu mengumpat begitu cowok itu memunggunginya. menjadi
seorang pemandu wisata, dia harus extra sabar menghadapi berbagai macam tamu,
termasuk yang menyebalkan ini. Oh noo. (bersambung)
Comments
Post a Comment