Posts

Showing posts from November, 2015

FIKSI MINI : Di ujung Senja

Image
Di ujung senja, matahari masih menampakkan dirinya. Namun matahari terbenam kali ini tidak sesempurna biasanya, bercak-bercak awan menutupi separuhnya, membuat sorotan cahaya jingga menyemburat keatas seperti sorotan lampu pijar. Di sebuah dermaga kayu yang terpasang di sisi danau, shero mencelupkan kakinya  sampai di bawah lutut kedalam air, seraya menatap detik-detik perpisahannya dengan matahari. Menatap kosong semburat jingga itu dari balik gunung di seberang sana. kabut putih mulai menghiasi permukaan danau, dingin segera menyeruak ke dalam pori-porinya yang tak tertutup kain tebal. Shero menarik nafas perlahan sambil menutup mata, lalu menghembuskan nafasnya lelah. Dia berusaha untuk melepas keluh dan sesak di paru-parunya. Dia ingin menangis, tapi dia seolah lupa caranya, jadinya dia hanya bisa merengek sebal pada dirinya sendiri. “ apa yang harus aku lakukan?”. Shero memiringkan kepalanya dan menjatuhkannya pada bahu yang selalu ada di sampingnya. “ kenapa aku selal

Cerpen : Good bye, Stranger.

Image
“pagiiiiiiiiiiiiii….”.   Suara cempreng itu, selalu sukses menghancurkan pagiku setiap hari. Setiap kali mendengarnya, aku ingin lari secepatnya. Kalau bisa aku pengen punya kekuatan super yang bisa membuatku menghilang begitu saja. Tapi percuma saja, toh dia akan berlari mengejarku kemanapun aku pergi. Sama seperti pagi ini. Gadis itu melambaikan tangannya padaku dengan ceria di jarak 5 langkah di depanku. Memekikan suara yang tidak merdu, malah mengganggu. Aku memilih pura-pura tidak melihatnya dan mengabaikannya sebisaku.                                                      Namanya audrey, cewek ternorak yang aku ‘tau’ bukan aku ‘kenal’ selama 2 tahun ini di SMA. Aku tau namanya ,itupun saat teman-temanku menggodaku tentang tingkah lakunya yang selalu menempel padaku. Berkat dia semua anak mengira dia adalah pacarku, bahkan aku tidak bisa mendekati cewek-cewek yang aku suka gara-gara tingkahnya. Aku masih mengabaikannya. Berjalan tenang seolah tidak mendengar apa-apa. Pur

Surat Untuk Nata : HUJAN hari ini.

Hai, Nata apa kamu merindukan Hujan? kamu pasti merindukan Hujan, karena waktu itu kamu sering bertanya padaku apakah di rumahku sudah turun Hujan? dan waktu itu cuaca masih panas-panasnya. Hari ini berita gembira untukmu Nata, hari ini biji-biji awan sudah memenuhi langit di atas kepalaku, pertanda kalau Hujan akan turun. Semua orang tersenyum menatap langit, sama sepertiku, karena hawa dingin akan kembali mampir, musim panas segera berlalu. Apakah kamu juga tersenyum menatap langit? Bukankah kita masih berdiri di bawah langit yang sama. Kamu, juga pasti bisa merasakan hujan pertama yang akan hadir hari ini, bukan? Sentuhkanlah jemarimu, pada tetes-tetes hujan yang hari ini akan turun, karena aku menitipkan segala macam Rindu untukmu. Coba dengarkan dari Hujan, seberapa banyak aku merindukanmu? Aku tau apa yang kamu tunggu dari Hujan, bukan milyaran tetes air yang menyenyakkan tidur siangmu, atau hawa dingin yang menyelamatkanmu dari kepanasan, Tapi Kabut. Iya, Bias Uap putih tip

Surat Untuk Nata : Cerita Sore

Image
Hei Nata, Selamat kepada kamu yang sudah tidak lagi merasa sepi. Jika kamu kesepian, cari saja aku, aku masih di sini, belum kemana-mana. Sore ini aku melihat rumput hijau membentang, dengan pohon beringin berdiri di tengah-tengah. Cukup begini saja aku sudah mengingatmu dan merindukanmu. haha. Aku tersenyum kecut. Sore-sore begini dengan kondisi lelah seperti ini setelah seharian dibius dengan hiruk pikuknya pekerjaan sepertinya akan menyenangkan kalau aku pergi piknik. Dan mengajakmu. Sore ini aku ingin bercerita tentang aku dan impianku tentang kamu, tentang harapan yang tak pernah berhenti aku minta pada Tuhan, bersamamu sepanjang waktu. Sore begini, tepat sebelum senja, ketika angin masih semilir membawa hawa segar dengan cuaca panas dan langit masih biru. Aku membayangkan kita berada di bawah beringin di tengah rerumputan itu. sedang menikmati sore di atas tikar bermotif kotak-Kotak. Aku duduk sambil membaca buku karangan Andrea Hirata yang berjudul Padang Bulan samb

Surat untuk Nata

kepada Nata yang tak pernah lelah namanya aku ceritakan pada Tuhan. Apa yang sedang kamu lakukan sekarang? merindukanku? Hahaha, i am kidding. Itu salah satu harapan yang aku titipkan pada Tuhan, kamu akan merindkukanku setiap hari. Hai Nata, carilah aku kalau kamu kesepian, aku masih disini, di tempat yang sama terakhir kali kamu meninggalkan aku. Iya, di Hari terakhir musim Hujan. Hai Nata, kalau kamu sedang bertanya apa yang sedang aku lakukan, aku sedang merindukanmu, Seperti palangkaraya merindukan Hujan, Riau yang merindukan langit biru dan seperti kalimantan yang merindukan Udara bersih. Mungkin, Rinduku lebih dari itu. Mereka masih punya harapan, sedangkan aku? Hai Nata,akhir-akhir ini aku sering memimpikanmu, apa kamu baik-baik saja? aku bercerita pada sahabatku tentang mimpi yang ada kamu di dalamnya. Temanku bilang, itu hanya godaan Jin. apa kamu percaya? apa kamu pernah mendengar tentang sesosok makhluk yang menjadi penunggu rumah atau kamarmu yang sering menatapm