SETOPLES MARSHMALLOW : #PART 1
Dania mengunyah Marshmallow terakhir di dalam toples, stock terakhir yang dia punya malam ini. Dia mengangkat toples bening berukuran 1 kg itu tinggi-tinggi, berharap akan ada Marshmallow yang tersisa. Dania mendesah, dia kehabisan Marshmallow untuk kesekian kalinya, ketika kondisi hatinya sedang hancur-hancurnya.
Dania
menghela nafas, mengusap air mata yang mengering , menyisakan sisa sembab di
kelopak mata dan juga ingus. Dania meraih kotak tissue yang juga sisa selembar. Dia mengerang sebal. Lagu – lagu
pilu terdengar nyaring dari Radio, seolah menertawakan Dania yang sedang patah
hati untuk yang kesekian kalinya. Kesal, Dania melempar Radio dengan kotak tissue sampai terguling dan terjatuh
dari meja, namun lagu ‘Ekspetasi’ dari Kunto Aji tidak kunjung berhenti, masih
tetap terdengar meski samar-samar.
Dania
bangkit dari ranjangnya, menarik hoodie
dari bahu kursi belajar , lalu keluar. Dia harus membeli sebungkus Marshmallow , sebelum gila.
Ini
bukan patah hati yang pertama, ini adalah patah hati yang kesekian kalinya.
Dania bahkan tidak bisa menghitungnya. Hanya, setiap kali patah hati, Marshmallow adalah moodboster terbaik yang bisa menyelamatkan mentalnya dan meredam
luka di hatinya. Dania menggambil payung, memakai sandal Swallow lecek kesayangannya dan hendak berjalan keluar rumah.
“ kemana sayang?”.
Teriak Bunda dari dapur, begitu melihat kilatan Dania menuju pintu depan.
“ Minimart”. Sahut Dania seadanya ,lalu menutup pintu. Dania seperti
bukan Dania. Dania berubah menjadi pendiam dan dingin, tidak ada kata apalagi
senyuman, Mood-nya benar-benar buruk.
Dania menatap langit
yang mengguyur begitu derasnya, air di teras rumahnya sudah mengembung sampai
di atas mata kaki, namun Dania masih melanjutkan tekadnya untuk membeli
sebungkus Marshmallow ke Minimart yang berjarak satu kilo dari
rumahnya. Dalam keadaan normal, Dania tidak akan hujan-hujanan demi sebungkus Marshmallow apalagi ditambah banjir, hanya
masa-masa tertentu yang mendorongnya, dan kali Ini semua gara-gara Damar,
sahabatnya yang dia cintai diam-diam.
“
Damar mana?”. Tanya Dania pada Joko saat pulang sekolah, teman sekelas Damar.
Preman nyentrik, salah satu anak buah Damar.
“
DI PERPUSTAKAAN COYYYY”. Sahutnya lantang, padahal jaraknya hanya 2 meter dari
Dania. Dania mendengus sebal , telinganya berdenging karena suara Joko yang
tidak merdu, terdengar sangat keras.
“
biasa aja kali ngomongnya”. Sungut Dania sambil berjalan menjauh. Tumben Damar
ke perpustakaan. Pegang buku saja dia bisa alergi, apalagi memasuki ruangan
penuh buku seperti perpustakaan, bisa pingsan kali. Tidak mau berfikir panjang,
Dania langsung berlari kearah perpustakaan, langit mendung pekat, dia tidak mau
pulang hujan-hujanan.
“Dam…”. Mulut Dania langsung terkatup begitu
melihat Damar,..dan seorang anak perempuan. Dia terlihat sedang menemani anak
perempuan itu mencatat entah dari buku apa. Mereka sepertinya sedang sibuk, belum
pernah Dania melihat cowok ber-anting satu itu, seserius ini. (bersambung)
Comments
Post a Comment