Cerbung : 12 jam #part2
(Lanjutan )
“ Nara? Kok kamu di
sini?”. Dahi Tobi berkerut, Nara tidak memiliki jawaban cadangan dan hanya bisa
menjawab dengan cengiran.
Nara tidak bisa hidup normal setelah Tobi bilang dia akan
pergi ke Penang. Nara sering melamun dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan Tobi
bertemu gadis penang, Tobi melupakannya, Tobi kembali ke Indonesia dengan
seorang istri, Tobi tidak akan kembali dan mungkin tidak pernah ingat kalau punya
teman seperti Nara. Nara tidak bisa tidur nyeyak, membayangkan hari-harinya di
kampus akan sepi tanpa ada kehadiran Tobi, sahabat satu-satunya. Nara selalu
bermimpi buruk, membayangkan kalau dia tidak akan mendengar kebawelan cowok itu
lagi, tidak akan mendengar protesannya lagi kalau Nara ceroboh, tidak ada suara
tertawanya lagi. Memikirkan hal-hal buruk yang mengerikan baginya itu, Nara
tidak bisa berfikir dengan benar. Andai saja, Nara berani mengungkapkan
perasaannya pada Tobi. Tapi, Nara khawatir, Tobi akan ilfeel menjadi temannya
lagi, keakraban diantara mereka tidak sama lagi, kebawelan Tobi tidak sama
lagi. Nara benar-benar takut kehilangan sosok Tobi. Lalu, Nara memutuskan untuk
mengikuti Tobi ke Jogja, agar dia bisa menemani Tobi hingga dia terbang dan
entah kapan kembali. Agar Nara bisa merasakan, hangatnya kehadiran Tobi untuk
terakhir kalinya. Yakin idenya benar-benar bagus untuknya, Nara langsung pesan
tiket kereta di tanggal yang sama dengan Tobi.
Nara masih belum menemukan alasan untuk menjawab
pertanyaan Tobi, “ kamu nggak ngikutin aku kan?”. Tanya Tobi curiga. Nara
langsung gugup dan pura-pura tertarik dengan botol aqua.
“
ya enggaklah, aku ada acara tahu di Jogja”. Dusta Nara, dia tidak mau Tobi
merasa Nara menjijikan karena mengikutinya hingga ke Jogja. Nara ingin
memanfaatkan 12 jam kedepan untuk membuat kenangan manis bersama Tobi yang
tidak akan cowok itu pernah lupakan.
“
acara apa ?”. kejarnya.
“
Rahasia”. Nara menjulurkan lidahnya,mengejek Tobi dan membiarkan cowok itu
penasaran. Tobi masih menatap Nara penuh Tanya, dengan cuek Nara duduk dan
mengeluarkan Ipod-nya dan memasangnya di kedua telinganya. Tatapan mata Tobi
masih terpaku padanya, Nara bukannya tidak bisa merasakan itu, dia hanya tidak
ingin 12 jam perjalanan ini menjadi perpisahan kaku dan membuat Tobi tidak mau
mengenal Nara lagi.
“udah
makan?”. Tanya Tobi lembut, Nara menoleh Tobi dengan wajah tidak tahu apa-apa.
“
apa?”. Nara melepas kedua earphone-nya, merasa kalau Tobi baru saja mengatakan
sesuatu.
“
mbak, bisa minggir? Ini tempat saya”. Seorang ibu-ibu bersama balita dalam
gendongannya berdiri di samping Nara. Nara minggir, tapi kelihatannya ibu-ibu
itu kerepotan karena di belakangnya anaknya yang lain yang berusia 4 tahunan
juga ikut duduk. Nara jadi terjepit di dekat Jendela. Tobi menarik tangan Nara,
dan menyuruhnya duduk di sebelahnya. Dengan nurut Nara duduk dengan tenang.
Benar saja, ibu-ibu itu terlihat lega begitu Nara pindah duduk.
“
Kamu tadi ngomong apa?”. Tanya Nara, kembali mengulang pertanyaannya pada Tobi.
Tobi melirik Nara sebentar.
“
kok nggak bilang sih kalau mau ke Jogja, tahu gitu kan bareng ke stasiunnya”.
Kata Tobi, Nara nyengir.
“
Kejutan bos”. Sahutnya bohong, tapi dia sungguh-sungguh mengejutkan Tobi.
“
sudah makan? Pasti belum”. Kata Tobi, dia mengambil sesuatu di dalam tasnya. “
nih makan, Cuma punya satu sih jadi jangan minta lagi”. Tobi mengulurkan coklat
pengganjal perut yang dia siapkan untuk perjalanannya. Nara menatap Tobi
berkaca-kaca, jarang-jarang cowok ini se-dermawan ini. Sebagai seorang cowok, Tobi cukup pelit.
Nggak heran kalau dia jarang punya pacar dengan durasi lebih dari tiga bulan.
“
Tengkyu bos”.
Tobi
memandang Nara malas, “ Biasa aja kali”. Tobi tersenyum simpul lalu kembali
menggunakan handphonennya. Beberapa menit berlalu dengan Tobi membaca sambil
mendengarkan lagu dan Nara menghabiskan coklat. Cukup begini saja, duduk
sebelahan dengan Tobi, Nara sudah bahagia. Cinta memang sesederhana ini.
Beberapa
kali Nara mengganggu konsentrasi Tobi, sepertinya Nara benar-benar memanfaatkan
sisa waktunya bersama Tobi. Meskipun sebal, Tobi meladeni Nara juga. Nara yang berceloteh tentang apa saja. dia tidak mau membiarkan Tobi tertidur karena masih banyak hal yang ingin ia ceritakan. Nara berdoa dalam hati, kereta ini akan membawa mereka ke sebuah tempat yang tak berujung. (bersambung)
Comments
Post a Comment