SEPOTONG MARSHMALLOW : PART II
Dania
meremas lipitan rok seragamnya. Tatapan matanya tidak bisa berpaling begitu
saja, jantungnya berdegub lebih keras dan lututnya tiba-tiba terasa ngilu.
Meski begitu, dia tidak bisa pergi begitu saja, ada rasa yang menyuruhnya untuk
tetap tinggal dan menunggu Damar menyadari kehadirannya.
“
oh, Jum?”. Damar melambai pada Dania begitu menyadari kehadiran Dania. Dania
tidak kunjung merespon, dia mengerjap-ngerjapkan matanya, berharap hal ini
tidak terjadi untuk kesekian kalinya.
“
hai…”. Sahut Dania datar. Biasanya dia akan mencak-mencak marah, setiap Damar
memanggilnya Jum dari Juminten, kali ini dia tidak bisa berkata apapun.
“
mau pulang? Aku masih sibuk nih, mau
nunggu apa pulang duluan?”. Tanya Damar dari tempat duduknya. Dania menggeleng.
Dia tidak mau membiarkan Damar berduaan dengan gadis itu terlalu lama, apalagi
sampai mereka pulang bareng.
“
aku tungguin,..”. Dania duduk di bangku kosong dekat Damar.
“
ya udah”. Kata Damar lalu kembali sibuk dengan anak perempuan itu. Dania belum
pernah melihat gadis bermata sipit dengan pipi chubby dan berambut lurus
panjang ini sebelumnya. Apa dia anak baru?
“
kamu dijemput?”. Tanya Damar lembut pada anak itu, Dania hanya bisa mendengus di
balik punggung Damar. Bahkan Damar tidak repot-repot menjelaskan siapa anak
perempuan itu. Mau protespun dia tidak punya kuasa melakukannya. Aaah…
“
Nggak tahu, ayah nggak bales sms-ku, dia pasti lupa lagi deh”. Gerutunya, “
tapi nggak apa-apa kok kalau kalian mau pulang duluan”. Dengan manis, gadis
bernama Angela itu tersenyum pada Damar dan Dania. Dania melirik pada Damar,
ingin tahu reaksi Damar. Expressinya perpaduan antara cemas dan sok baik.
“
nggak apa-apa kok ngel,..kasian lo sendirian di sini, kita bisa nemenin”. Kata
Damar, Dania masih lega karena Damar menyebut ‘kita’. “ anyway, lo laper nggak?
Biasanya nih anak bawa makanan...Marshmallow”. Damar melirik Dania yang langsung
membalas dengan tatapan tidak terima,
karena Marshmallow-nya tidak ingin
dia bagi ke orang lain. “ kalau sekolah tidak membawa Marshmallow, dia bisa berubah jadi Hulk”. Mata Dania menyipit pada Damar yang
mengejeknya barusan.
“
udah habis”. Dusta Dania dingin.
“
nggak kok, nggak apa-apa”. Angela terkikik kecil, melihat Ekspresi Dania yang
tidak rela menyerahkan Marshmallow-nya. Angela menutup buku di depannya, lalu memasukannnya ke dalam tas.
Dania tersenyum lega, akhirnya hari ini berakhir juga. “ aku pulang duluan
kalau gitu”.
“
udah dijemput?”. Tanya Damar. Angela menggeleng.
“
bisa naik angkot”. Sahutnya santai.
“
gue anter aja, sebelum hujan..”. Damar memandang langit dari Jendela
perpustakaan yang gelap. Dania menatap Angela dan Damar bergantian dalam
hening. “ udah nggak usah sungkan, Dania bisa nunggu sebentar”. Damar menoleh
Dania, “ iya kan jum?”. Tanyanya pada Dania, Dania langsung memasang wajah
angker.
“
Jum???”
“
yuk..”. Damar menarik lengan Angela, Angela masih menatap Dania ragu . sadar akan tatapan tidak enak pada dirinya,
Dania memaksakan diri untuk tersenyum.
“
nggak apa-apa kok ngel, biar Damar anterin, nggak lama kan?”.
“
ya udah deh, baik-baik di sini ya Dan”. Kata Angela, Dania mengangguk. Damar
menarik lengan Angela keluar perpustakaan, mengabaikan Dania yang masih
berharap Angela pulang sendiri bersama bapaknya.
“
dia udah biasa sendirian, dia cewek strong, kadang dia itu…”. Suara Damar
menghilang di pintu keluar. Dania hanya menatap pintu keluar kosong. Ada yang
sakit, tapi tidak berdarah. Dania ingin menangis, namun air matanya tidak bisa
keluar. Rasanya perih, meski ini bukan yang pertama kali, rasa sakitnya naik
satu level setiap patah hatinya terulang.
1
jam, 2 jam,3 jam,…Damar tidak kembali, sekolah sudah benar-benar kosong, namun
Damar tidak kembali. Dania menangis sejadi-jadinya, bukan karena takut
sendirian atau pulang kebasahan karena hujan deras, namun untuk kesekian
kalinya Dania dilupakan oleh Damar.
Dania membuka pintu minimart, pikirannya sudah mulai kosong
karena terlalu lelah untuk berfikir atau memikirkan apakah Damar melupakannya
atau dia terjebak hujan dan tidak bisa menjemput Dania. Tapi , sebelumnya
meskipun hujan Damar tidak pernah tidak menjemputnya. Kecuali,..ketika dia
sedang bersama anak perempuan. Dania tersenyum miris, herannya, dia masih
mengharapkan cowok itu.
“ Dania!”.
Air mata Dania nyaris
tumpah lagi, ketika dia merasa mendengar suara Damar. Benarkan dia mulai Gila!
Dania benar-benar butuh Marshmallow
sebelum dia berteriak-teriak di tengah hujan sambil meneriakan nama Damar. Buru-buru
Dania memasuki Minimart dan mendapatkan sebungkus Marshmallow-nya.
“ Tunggu!”. Sesuatu
yang dingin menyentuh tangannya. Dania buru-buru mengecek apa yang dia sentuh
barusan. “ bener kan dugaanku kamu disini”. Dania bertanya pada dirinya
sendiri, apakah dia sudah gila? Dia bahkan melihat Damar di minimart ini,
dengan hoodie yang sudah basah kuyup, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh
Damar untuknya. Hujan-hujanan. Air mata Dania sukses tumpah, dia benar-benar
sudah gila.
“ kok nangis sih
Jum?!”. Tubuh Dania ditarik keluar Minimart. Namun tangis Dania tidak kunjung
berhenti. Dania tidak bisa melihat dengan jelas karena air mata yang membanjiri
wajahnya. “ dasar cengeng…”. Ejek Damar. Damar menangkupkan kedua tangannya di
pipi Dania, membuat gadis itu tidak punya pilihan selain menatap cowok di
depannya. Dania meraba pipinya, ada tangan dingin disana. Dania sadar, dia
belum segila yang dia kira. Ini sungguhan tangan…Damar.
“
ngap..ngap..pain..kamu di sini?”. Tanya Dania sambil sesenggukan.
“ badan kamu panas,
kamu sakit?”. Damar menyentuh kening Dania yang basah karena hujan. Damar
mengajak Dania minggir dan mengambil payung yang tadi ditinggalkan Dania di
depan Minimart.
“ Damar..kamu ngapain
di sini?”. Ulang Dania penasaran.
“ kamu ngapain nangis
di sini? Habis berantem? Berantem sama siapa? Sini kasih tahu orangnya “. Damar
menggulung lengan bajunya. Dania tertawa kecil, Damar memang paling bisa
membuatnya tertawa di saat apapun. Hal-hal kecil yang membuat Dania lupa kenapa
dia menangis lima menit yang lalu.
“ kamu..”. jawab Dania
pelan. Lalu tertawa kecil.
“ masa aku berantem
sama diri sendiri sih jum…”. Damar pura-pura merajuk. Mata Dania mulai
berkaca-kaca, “oke..oke..iya maaf”. Kata Damar akhirnya, mengakui kesalahannya.
“ tadi aku nyari sesuatu makanya balik ke sekolahnya terlambat..”.
“ nyari apa?”.
Damar merogoh sesuatu
dari tas-nya, sebuah toples. Kembali Dania berkaca-kaca. “ Angela itu anak Om
Samuel, kakaknya ibu. Dia baru aja masuk ke sekolah kita, jadi aku harus
bantuin dia, aku nggak mau dia ngadu yang macem-macem tentang aku di sekolah,
makanya aku sok-sokan bantuin dia mencari bahan belajar di perpustakaan”. Jelas
Damar sambil mengulurkan toples di tangannya. “ kamu bilang Marshmallow-mu
habis kan?”.
Dania kembali menangis,
kali ini tangis berbeda, bukan tangis sesak melainkan tangis terlalu bahagia. “
kok nangis lagi sih Jum?”. Damar mengacak-acak rambut Dania.
“ Maafin aku Damar…”.
Kata Dania sambil menangis histeris.
“ Maafin aku
juga,..udah buat kamu nunggu lama”. Kali ini Damar membelai kepala Dania
lembut. “ Jadi kamu cemburu?”.
“ cemburu apa?”.
“ cemburu sama
Angela,..”.
“ Nggaak”.
“ bohong”
“ nggak “
“ iya deh nggak,..ayo
pulang nanti kamu sakit”. Damar merangkul Dania di bawah payung pelangi, Dania
memeluk setoples Marshmallow termanis sedunia. Jatuh cinta itu ketika kamu
tertawa sedetik setelah menangis karena orang yang sama. Sama seperti mengunyah
Marshmallow, manis dan asamnya lumer di mulut bersama-sama. Selamanya Dania
akan jatuh cinta pada asam manisnya Marshmallow dan juga pada Damar pemanis dan
pemberi asam dalam hidupnya.
“ tumben ujan-ujanan?
Cuma nganter ini doang buat aku? Kamu manis banget sih”.
“ banget lah…”.
Comments
Post a Comment