Surat Untuk Nata : Cerita Sore
Hei Nata, Selamat kepada kamu yang sudah tidak lagi merasa sepi.
Jika kamu kesepian, cari saja aku, aku masih di sini, belum kemana-mana.
Sore ini aku melihat rumput hijau membentang, dengan pohon beringin berdiri di tengah-tengah. Cukup begini saja aku sudah mengingatmu dan merindukanmu. haha. Aku tersenyum kecut.
Sore-sore begini dengan kondisi lelah seperti ini setelah seharian dibius dengan hiruk pikuknya pekerjaan sepertinya akan menyenangkan kalau aku pergi piknik. Dan mengajakmu.
Sore ini aku ingin bercerita tentang aku dan impianku tentang kamu, tentang harapan yang tak pernah berhenti aku minta pada Tuhan, bersamamu sepanjang waktu.
Sore begini, tepat sebelum senja, ketika angin masih semilir membawa hawa segar dengan cuaca panas dan langit masih biru.
Aku membayangkan kita berada di bawah beringin di tengah rerumputan itu. sedang menikmati sore di atas tikar bermotif kotak-Kotak.
Aku duduk sambil membaca buku karangan Andrea Hirata yang berjudul Padang Bulan sambil bersandar pada lututmu yang sengaja kamu tekuk untuk punggungku dan kamu terbaring di sebelahku, setengah terlelap. Kamu mengenakan kaus putih polos favoritmu yang pernah kamu tunjukan padaku, dan celana jeans belel yang sering kamu pakai. Rambutmu yang sudah sebahu kamu ikat rapi ke Belakang, dengan karet hitam yang pernah aku berikan untukmu.
kamu terbaring dengan posisi terlentang, Lenganmu sebelah kiri kamu jadikan bantal, lengan kanan menutupi kedua mata. Karena matahari yang menembus ruam-ruam daun membuatmu silau. Kamu tahu, melihatmu terlelap tanpa sekat pasti akan menjadi hal favoritku.
hey Nata, melihatmu terlelap membuatku ingin ikut berbaring di sebelahmu yang tertidur, lalu diam-diam memandangimu terlelap dan kemudian membisikkan sesuatu di telingamu. Membisikkan pengakuanku padamu. Semua tentang perasaanku,bahwa di sisimu adalah tempat yang menakjubkan.
aku pasti akan terkikik sendiri, dengan wajah masam karena terganggu, kamu akan membuka setengah matamu, lalu tersenyum melihatku sedang menggodamu. Kamu membiarkan aku berbaring di sebelahmu dan kita bercerita tentang banyak hal. Tentang kita. Atau kita akan sama-sama terlelap di bawah senja dan terbangun untuk melihat matahari tenggelam bersama.
ya, itu hanya bayangan, bukankah aku terlalu berimajinasi?
tinggal di dunia imajinasi terasa menarik bagiku, karena di dunia nyata, kamu melupakan aku. Kamu yang sering membuatku merasa berarti, kemudian merasa bodoh.
Aku masih ingat Nata, kamu yang selalu bertanya aku sedang dimana lalu mengajakku melakukan hal-hal menyenangkan bersama. Bagaimana kamu menatapku diam-diam dan aku mendapatimu sedang menatapku. Anggap saja aku Ke-GR-an, faktanya aku memang sedang keGRan, lalu aku Jatuh cinta padamu, kemudian patah hati.
Sama seperti ketika kamu memintaku menunggumu di Garis finish di Lomba lari pertamamu, Bisakah kamu memintaku untuk menunggumu di Garis Finish kesendirianmu? Dan aku akan menunggumu, entah dengan sabar atau sebal, yang pasti aku akan menunggumu, menunggumu berhenti berlari-lari dari hati ke Hati.
Comments
Post a Comment